Skip to main content

PeringkatIndonesia: Indeks Pembangunan Inklusif #20/42,↘︎8

Dugaan bahwa kategori nomor (5) di alinea berikut #PeringkatIndonesia buruk karena hutangnya banyak perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa harapan hidup di Indonesia dengan damai dan sehat hingga tua (2) juga perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa polusi karbon (6) di Indonesia masih tertolong hutan tropis dsb, juga sangat perlu dikesampingkan. Inilah tulisan fakta riset World Economic Forum tentang Indonesia. Ingat Indonesia lumayan juara mispersepsi Per definisi pakai bahasa (diupayakan) sederhana, Indeks Pembangunan Inklusif (IBI) bicara apakah kebijakan struktur dan kelembagaan sebuah perekonomian sudah pro pada: (1) Penciptaan lapangan pekerjaan, (2) Harapan hidup sehat, (3) Sedikit orang miskinnya, (4) Merata kemakmurannya, (5) Sedikit proporsi hutang negaranya, dan (6) Polusi karbonnya dari ekonominya minimal. Ini baru sebagian dari sub pilar dan pilar lainnya, untuk teknisnya dapat menjadi bahan diskusi lebih jauh. Memakai kategori peringkat 'Di Kelas' a la aba-amba maka

Kebebasan Pers Indonesia Warna Merah dan Hanya Juara 29 dari 42

Reporters sans Frontières* (selanjutnya RSF) memeringkat 180 negara (sejak 2002) dalam hal kebebasan media dan wartawannya. Mengklaim Indeks Kebebasan Pers Dunia mereka 'ditakuti' oleh banyak kepala negara, Indeks ini mendasari pada evaluasi pluralisme (bobot, w, = 1/3); kemerdekaan media, sensor-diri dan kualitas rerangka legislasi (masing-masing, w = 1/6); dan transparansi dan infrastruktur berita dan informasi (masing-masing, w = 1/12) untuk sampai pada Skor A. Juga ada Skor B yang dihitung berbeda dan memasukkan indikator kekejaman dan kekerasan. Indeks sebuah negara adalah angka terbesar dari dua skor ini.  Juga, Indeks ini tidak memeringkat kebijakan publik dan bukan merupakan indikator kualitas jurnalisme di tiap negara.

Beruntungnya kuesioner mereka juga tersedia dalam bahasa Indonesia diantara 19 bahasa lainnya, tidak seperti contoh daftar pertanyaan PISA yang belum mencantumkan bahasa ini. Dari 87 pertanyaan (yang versi bahasa Rusi dan Inggris dapat didownload) ada pertanyaan misalnya 

nomor C13 (terjemahan bebasnya) "Apakah wartawan terkadang dibayar oleh orang lain selain majikan biasa mereka untuk mempengaruhi apa yang mereka tulis? Acap kali (1) Sering (2) Terkadang (3) Mungkin terjadi tapi sangat jarang (4)  Sangat jarang  (5) Tidak pernah (6)" 

atau E20
"Selama 12 bulan terakhir, pernahkah pihak berwenang melakukan upaya terbaik untuk menghukum mereka yang bersalah atas pembunuhan wartawan / netizen / blogger?
Sepengetahuan saya, tidak ada pembunuhan seperti itu telah terjadi (1)
Pihak berwenang telah merespon secara memadai (2) 
Pihak berwenang telah bergerak ke arah yang benar dalam semua kasus, namun dapat melakukan lebih banyak dalam beberapa kejadian (3)
Pihak berwenang tidak melakukan apapun untuk mengedepankan perkara peradilan setidaknya dalam satu kasus (4) 
Pihak berwenang telah menghambat jalannya penegakan hukum setidaknya dalam satu kasus (5)"

atau lainya F7
"Akankah seorang individu yang menerbitkan konten berita umum atau politik di jejaring sosial menderita pembatalan, pemblokiran, pemblokiran, atau pembajakan terhadap akunnya?
Catatan: "1" menandakan situasi di mana individu tidak pernah menghadapi hambatan ini; "10" menandakan situasi di mana respons ini sering terjadi.
1 (1) 2 (2) 3 (3) 4 (4) 5 (5) 6 (6) 7 (7) 8 (8) 9 (9) 10 (10)

Berikut adalah Peta Kebebasan Pers 2017 hasil dari Indeks tersebut dengan callout Indonesia di tengah dan peringkat 13 teratas di samping kanan
Beberapa negara yang tak tertutup callout adalah Laos, Vietnam, Cina, dan Korea Utara (keempatnya berwarna hitam, dan Jepang dan Korea Selatan (keduanya berwarna jingga). 
https://rsf.org/en/ranking/2017

Apa Warna Indonesia dalam Peta Kebebasan Pers 2017?

Merah. Indonesia ada di peringkat 124 (2016: #130, 2015: #138, 2014: #132) dengan skor 39,93. Ini ketegori warna yang digunakan RSF dalam Peta dan jumlah negara di dalam kategorinya

Poin dari 0 hingga 15: Baik (putih, terlihat kuning muda di peta). 16 negara. 3 teratas Skandinavia, sisanya kecuali 2 (Jamaika, 12,73, dan Selandia Baru) adalah negara-negara Eropa.

Poin dari 15,01 hingga 25: Agak baik (kuning). 33 negara termasuk Australia, Suriname, Inggris dan A.S.

Poin dari 25,01 hingga 35: Problematis (jingga). 59 negara termasuk Papua Nugini (25,07), Hong Kong (29,46), Kosovo (30,45), Timor-Leste (32,82) dan Lebanon (33,01) selain dua yang disebut di atas.

Poin dari 35,01 hingga 55: Buruk (merah). 51 negara termasuk Uganda (35,94), Republik Afrika Tengah (35,12), Uni Emirat Arab (39,39), Afghanistan (39,46), Qatar (39,83), Indonesia, Filipina (41,08), Myanmar (41,82), Palestina (42,90), India (42,94), Venezuela (42,94), Pakistan (43,55), Sri Lanka (44,34), Thailand (44,69), Malaysia (46,89), Bangladesh (48,36), Meksiko, Rusia, Singapura (51,10), Rep. Dekoratik Kongo, Brunei, dan Irak (54,03). 7 anggota ASEAN ada di sini. Terlihat beberapa negara berpopulasi terbanyak juga masuk kategori buruk ini.

Poin dari 55,01 hingga 100: Sangat buruk (hitam). 21 negara termasuk Mesir, Libya, Iran, Yaman, Somalia, Arab Saudi, Uzbekistan, Laos, Kuba, Sudan, Vietnam, Cina, Syria, Turkmenistan dan terakhir Korea Utara (84,98) di peringkat 180.

Jika Membuka Profil Indonesia di RSF...

Gambar seorang pedagang kelontong membaca koran. Judul dari komentar RSF untuk Indonesia adalah (terjemah bebasnya) :


Presiden Joko Widodo belum menepati janjinya. Kepresidenannya terus ditandai dengan pelanggaran kebebasan media yang serius, termasuk kurangnya akses media ke Papua Barat (bagian Indonesia dari pulau Papua), di mana kekerasan terhadap wartawan lokal terus berkembang. Wartawan asing dan pemecah masalah lokal cenderung untuk ditangkap dan diadili jika mereka mencoba mendokumentasikan pelanggaran militer Indonesia di sana. Tapi, seperti Aliansi Jurnalis Independen yang berbasis di Jakarta laporkan, intimidasi dan bahkan kekerasan oleh militer terhadap wartawan yang menutupi pelecehan mereka tidak terbatas pada Papua Barat. Kelompok agama radikal juga menimbulkan ancaman terhadap hak untuk memberi informasi. Banyak wartawan mengatakan bahwa mereka menyensor diri mereka sendiri karena ancaman undang-undang anti-penghujatan dan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik."

Bersyukurnya statistik hingga saat ini di  2018 tidak ada wartawan terbunuh (4 di 180 negara), jurnalis warga terbunuh (2), atau asisten media yang terbunuh (1).  Di 180 negara itu juga ada 181 jurnalis (diantaranya 13 di Azerbaijan, 15 Cina, 26 Mesir), 123 jurnalis warga (diantaranya 7 di Arab Saudi, 39 Cina, 12 Iran, 15 Syria dan 21 Vietnam) dan 15 asisten media yang saat ini sedang dipenjara

Di luar apapun sudut pandang dari pemeringkatan oleh RSF ini, Indonesia sepertinya punya penerjemahan lebih baik terhadap Pasal 28 UUD 1945 yang lebih dari UU No.9/1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum agar Pemerintah, dan warganya terutama yang ingin memajukan kesejahteraan Indonesia melalui alat berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan tulisan dapat juga membawa harum nama negara dibandingkan negara-negara lainnya. Mungkin selain merah ada putih yang dalam pemeringkatan ini adalah yang paling tinggi tingkatannya.

(bagian ini ke bawah di-update 19 Maret 2018)

#PeringkatIndonesia di kelas berisi 42 siswa

Ada cara baru melihat semua pemeringkatan dengan lebih sederhana, di sekolah dulu anggap rata-rata ada 42 siswa dan kita kurang lebih bisa tahu 'klasemen' teman-teman sekelas kita. Inilah #PeringkatIndonesia dalam kelas '42 siswa' tersebut untuk kebebasan pers:



Dengan skor versi RSF yang hampir 40 dan skor dari aba-amba yang hanya 31 dimana 0 terburuk dan 100 terbaik, #PeringkatIndonesia di kelas berisi 42 siswa adalah: 29.


*EN: Reporters without Borders; ID: Wartawan tanpa Batas)


Comments

Popular posts from this blog

Jika UI, UGM, ITB dan IPB adalah mahasiswa mata kuliah 'Analisis Universitas Terbaik di Asia'

Sumber: Times Higher Education, diolah aba-amba.blogspot.co.id. Menyambung pos berjudul ' TERBARU! Peringkat Universitas di Indonesia di Asia ' jadi terbayang hayalan kalau seandainya para universitas (yang juga meriset) yang terbaik di Indonesia juga yang terbaik di setiap negara Asia ini adalah mahasiswa yang harus melampaui nilai tertentu untuk dapat nilai A, A-, B+, B, B-, C+, C, D, E dan lulus jika di atas huruf tertentu (biasanya C setau saya). Tentu ini tidak bermaksud menilai keberhasilan pengelolaan atau hasil institusi perguruan tinggi, tapi mungkin menarik untuk mengisi waktu tentang kenangan masa-masa kuliah. Nama mata kuliah dan komponen nilainya kira-kira (sebagain besar dikutip dari blog terdahulu tersebut): "Analisis Universitas Terbaik di Asia" Mata kuliah ini bertujuan melihat perbandingan peringkat universitas  dari data Times Higher Education yang menilai universitas-universitas intensif-penelitian dalam faktor-faktor inti: pengaja

Mahalnya Kemerdekaan Indonesia

Rp145 ribu triliun (kuadriliun) , Ambil! KMB (Konferensi Meja Bundar) 1949 sebagian besar warga Indonesia pernah dengar, tapi kalau hasilnya adalah Pemerintah Indonesia setuju ambil alih hutang luar negeri Pemerintah Hindia Belanda  lk Rp 144750 triliun (ya'! lk 145 ribu triliun, tepatnya 144.749.200.734.698.000,00; Rp sekarang)  itu belum termasuk bunga 3% dan harus dibayar penuh selambatnya Juni 1964 pernah dengar?  [angka aslinya 1949, $1.130 juta (1,13 miliar); 3% p.a.; (Sumitro Djojohadikusumo 2000:95)] 1955 karena heboh Irian Barat yang berlarut, kesekatan ekonomi dan keuangan ini dibatalkan Menkeu.,  'Hanya' lk Rp 19.770 triliun (19.771.500.153.821.500, Rp sekarang) yang perlu dibayarkan.  [angka aslinya 21/02/1955, $171 juta] "Tidak ada bekas jajahan lain yang diwajibkan untuk mengambil-alih utang sebesar itu dari bekas penjajah kolonialnya seperti Indonesia."   (Kahin 1997:27) dalam Thee Kian Wie, Indonesia's Economy since Independenc

PeringkatIndonesia: Indeks Pembangunan Inklusif #20/42,↘︎8

Dugaan bahwa kategori nomor (5) di alinea berikut #PeringkatIndonesia buruk karena hutangnya banyak perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa harapan hidup di Indonesia dengan damai dan sehat hingga tua (2) juga perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa polusi karbon (6) di Indonesia masih tertolong hutan tropis dsb, juga sangat perlu dikesampingkan. Inilah tulisan fakta riset World Economic Forum tentang Indonesia. Ingat Indonesia lumayan juara mispersepsi Per definisi pakai bahasa (diupayakan) sederhana, Indeks Pembangunan Inklusif (IBI) bicara apakah kebijakan struktur dan kelembagaan sebuah perekonomian sudah pro pada: (1) Penciptaan lapangan pekerjaan, (2) Harapan hidup sehat, (3) Sedikit orang miskinnya, (4) Merata kemakmurannya, (5) Sedikit proporsi hutang negaranya, dan (6) Polusi karbonnya dari ekonominya minimal. Ini baru sebagian dari sub pilar dan pilar lainnya, untuk teknisnya dapat menjadi bahan diskusi lebih jauh. Memakai kategori peringkat 'Di Kelas' a la aba-amba maka

PISA, Cinta-Rangga, Dilan-Milea, Duo Posesif

Bukan satu dari tulisan nostalgik, ini berupaya melihat gambaran fiksi (sebagian nyata) dibanding dengan hasil yang dihitung serius. baca juga: Santai Seolah Serius (3S) PISA (program penilaian siswa secara internasional)  dari OECD melakukan survei evaluasi sistem edukasi tiga tahunan dengan subyek setengah juta dari 28 juta murid berusia 15 tahun di 72 negara dan perekonomian. Indonesia di 2015 memiliki 4,53 murid di usia ini. Penilaian dalam lima subyek sains, matemtika (a sengaja dihilangkan), membaca, juga pemecahan masalah kolaboratif dan literasi keuangan. Ini dimulai di 2000 dan terakhir di 2015. Jika memiliki anak sendiri atau kerabat yang berusia 15 tahun, ini contoh soalnya . Sayangnya meski Indonesia satu dari 72 negara yang disurvei tapi contoh yang tersedia dalam 82 bahasa itu justru terpaksa memakai bahasa Malaysia-Malay yang paling mirip bahasa Indonesai. Atau paling-paling memakai tes versi bahasa Inggris. Sejak awal (2000), Indonesia selalu disurvei dan 2015 adala

'Ibu tua ini lebih hebat dari Indrawati, Merkel, dan Lagarde'; 1/2 jam untuk sampai pada simpulan itu: (1)

Mungkin karena pengamatan yang hanya setengah jam itu, seluruh prestasi perempuan-perempuan terkenal di masa ini, bahkan mungkin Ibu saya sendiri (tetap dengan hormat, ini karena terlampau banyak waktu bersama), dan bisa jadi sejajar dengan perempuan-perempuan terdahulu sekaliber Kartini dan mungkin Khadijah r.a. perlu melihat beliau seperti 1/2 jaman saya melihat sambil bergemuruh dada dan berkaca-kaca mata. Satu lagi setting di transportasi umum di Area Metropolitan Jakarta.  Kali ini kereta komuter Jabodetabek (PT-nya sendiri sudah berganti nama dari KCJ(abodetabek) menjadi PT KAI Commuter Indonesia), Jumat sesudah Maghrib, kereta ini menuju Bogor dari arah Jakarta Kota. Dari stasiun sebelumnya dinaiki segerombolan pria telat-dewasa yang memenuhi lorong di depan kursi prioritas dengan persiapan untuk lomba: Ludo King . Dengan persiapan smartphone mana yang layar paling besar, powerbank karena si gadget kehabisan baterai, 'besarkan saja volume-nya' saat musik pertanda

PeringkatIndonesia: Rapor Daya Saing Global Indonesia 2017-2018

Melanjutkan tradisi di kelas berisi 42 siswa, di peringkat berapakah siswa bernama Indonesia dalam Rapor Daya Saing Global 2017-2018 versi World Economic Forum? Komponen Indeks Daya Saing Global (IDSG, Global Competitiveness Index--GCI) dibagi menjadi 3 subindeks yaitu  A. Persyaratan Dasar, dengan empat pilar:  1-Institusi 2-Infrastruktur 3-Lingkungan makroekonomi 4-Kesehatan dan pendidikan dasar B. Peningkat Efisiensi, dengan enam pilar: 5-Pendidikan (menengah dan) tinggi dan pelatihan 6-Efisiensi pasar barang 7-Efisiensi pasar tenaga kerja 8-Pengembangan pasar keuangan 9-Kesiapan teknologi 10-Ukuran pasar C. Faktor inovasi dan kecanggihan, dengan dua pilar 11-Kecanggihan bisnis 12-Inovasi Masing-masing pilar dalam subindeks juga mempunyai subpilar yang, namun untuk memudahkan pengamataan hanya item-item rinci di mana #PeringkatIndonesia  ada di kelompok hijau, merah, dan kehitaman yang ditampilkan. Warna hijau untuk peringkat dengan 1 digit, kuning

Indonesia, Perils of Perceptions. Mispersepsi dari Keramaian

Ok. Anda bertanya pada rekan tentang smartphone dan ia berkata, "saya tak punya" lalu Anda berkata, "gak mungkin!" Ternyata Anda melebih-lebihkan berapa banyak penduduk Indonesia yang punya. Kira-kira 85 dari 100 orang akan dianggap punya setidaknya satu smartphone. Faktanya, kelebihan 65. Hanya 21 dari 100 yang punya. Dan Indonesia 'ngaco' tertinggi di dunia untuk kategori ini. Selanjutnya di simbol kebebasan, akses dan prestise: mobil. Coba tebak dari 100 orang Indonesia, berapa yang punya mobil? 77? Hmm, ini juga kelebihan banyak. Hanya 41 yang punya. Orang Jepang naik kereta dan gak punya mobil? Faktanya 72 dari 100 punya. Si biru yang sudah 2 miliar. Facebook. Dari 100 berapa yang punya? Kurang lebih 81% dari orang Indonesia >13 tahun punya. Salah hanya 28 saja. Lanjut tentang Surga, Neraka dan Tuhan. Ah paling tinggal 85% orang Indonesia yang percaya Surga faktanya 99% dan selamat Indonesia salah duga tiga terbawah namun te

#PeringkatIndonesia di Indeks Persepsi Korupsi dalam 22 tahun

Mani pulite  adalah bahasa Italia untuk 'tangan bersih', penyelidikan yudisial berskala nasional untuk korupsi politik ini menyebabkan lebih dari separuh anggota parlemen Italia terkena dakwaan, banyak partai politik lenyap, 5.000 tokoh masyarakat kehilangan pamor, 400 anggota dewan kota terkena tuduhan korupsi, belum lagi yang akhirnya bunuh diri. Korupsi di Indonesia agaknya dapat mencontoh gebrakan hakim 'Bao' Antonio Di Pietro di awal 1990 yang agaknya berkontribusi dalam perbaikan tajam 25 poin Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Italia dari 1995 yang mencapai puncaknya di 2001. Metode hakim 'Bao' ini terfokus pada suap untuk kontrak proyek pekerjaan umum, dalam wawancara ulang tahun perak di tahun lalu ke AFP, Di Pietro mengatakan  "Saya secara pribadi menandai setiap lembar uang, satu per satu. Itu adalah satu-satunya cara agar kita benar-benar yakin untuk membuktikan bahwa sogokan telah dilakukan," kata Di Pietro. "Ketika dia berpaling

5 dari 13 Pulau terbesar di Dunia: ITULAH INDONESIA

Mari melihat geografi Indonesia dari sudut pandang yang berbeda. Awalnya saya memasukkan 15 pulau terbesar di dunia dalam peta. Tapi untuk bonus hari Jum'at nomor (#) 14 dan #15 dikeluarkan saja hasilnya: 5 dari 13 pulau terbesar di Dunia: ITULAH INDONESIA. Perlu menjadi catatan bahwa hampir separuh dari #2 pulau  New Guinea  dan hampir 3/4 dari #3 pulau Kalimantan saja yang tergabung dengan Indonesia. Klaim ini juga berlaku untuk satu pulau lain yang dimiliki oleh dua negara lainnya seperti Timor (bersama Timor-Leste). Selebihnya 1 dari 6 dalam Daftar 322 Pulau terbesar di Dunia: ITULAH INDONESIA Berikut perincian detil pulau-pulau di Indonesia berikut #PeringkatIndonesia  di dunia, yang disarikan dari daftar 322 pulau terbesar di dunia . Satu hal, berhubung Indonesia segera menjadi tuan rumah Asian Games 2018, luas pulau ini juga akan dikonvensi jadi berapa lapangan sepak bola (120m x 90 m). #322 pulau Smyley (? :)) luasnya 1 juta lapangan bola. #1 Greenland 2 milyar lapang

TERBARU! Peringkat Universitas di Indonesia di Asia 2018

Versi Times Higher Education ,  Bagaimana kabar universitas-universitas di Indonesia?  Berapa yang masuk 350+8 di Asia? Bagaimana Universitas teratas di Negara yang masuk peringkat? Baiknya melihat dulu definisi dan metodologi mereka. Peringkat Universitas Times Higher Education nyatakan sebagai satu-satunya tabel kinerja global yang menilai universitas-universitas intensif-penelitian dalam faktor-faktor inti: pengajaran, penelitian, transfer pengetahuan dan pandangan internasional. Ini boleh disandingkan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat) dengan faktor pengabdian masyarakat yang difokus menjadi dua hal terakhir dalam pemeringkatan mereka dengan indikator terukur. Indikator-indikator kinerja [bobotnya] dikelompokkan dalam lima area: [25%] Pengajaran (lingkungan belajar)  (10   %) Survei reputasi ( 4,5 %) Rasio staf-terhadap-mahasiswa ( 2,25%) Rasio gelar doktor-terhadap-gelar sarjana ( 6   %) Rasio gelar dok