Dugaan bahwa kategori nomor (5) di alinea berikut #PeringkatIndonesia buruk karena hutangnya banyak perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa harapan hidup di Indonesia dengan damai dan sehat hingga tua (2) juga perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa polusi karbon (6) di Indonesia masih tertolong hutan tropis dsb, juga sangat perlu dikesampingkan. Inilah tulisan fakta riset World Economic Forum tentang Indonesia. Ingat Indonesia lumayan juara mispersepsi Per definisi pakai bahasa (diupayakan) sederhana, Indeks Pembangunan Inklusif (IBI) bicara apakah kebijakan struktur dan kelembagaan sebuah perekonomian sudah pro pada: (1) Penciptaan lapangan pekerjaan, (2) Harapan hidup sehat, (3) Sedikit orang miskinnya, (4) Merata kemakmurannya, (5) Sedikit proporsi hutang negaranya, dan (6) Polusi karbonnya dari ekonominya minimal. Ini baru sebagian dari sub pilar dan pilar lainnya, untuk teknisnya dapat menjadi bahan diskusi lebih jauh. Memakai kategori peringkat 'Di Kelas' a la aba-amba maka ...
Reporters sans Frontières* (selanjutnya RSF) memeringkat 180 negara (sejak 2002) dalam hal kebebasan media dan wartawannya. Mengklaim Indeks Kebebasan Pers Dunia mereka 'ditakuti' oleh banyak kepala negara, Indeks ini mendasari pada evaluasi pluralisme (bobot, w, = 1/3); kemerdekaan media, sensor-diri dan kualitas rerangka legislasi (masing-masing, w = 1/6); dan transparansi dan infrastruktur berita dan informasi (masing-masing, w = 1/12) untuk sampai pada Skor A. Juga ada Skor B yang dihitung berbeda dan memasukkan indikator kekejaman dan kekerasan. Indeks sebuah negara adalah angka terbesar dari dua skor ini. Juga, Indeks ini tidak memeringkat kebijakan publik dan bukan merupakan indikator kualitas jurnalisme di tiap negara.
Beruntungnya kuesioner mereka juga tersedia dalam bahasa Indonesia diantara 19 bahasa lainnya, tidak seperti contoh daftar pertanyaan PISA yang belum mencantumkan bahasa ini. Dari 87 pertanyaan (yang versi bahasa Rusi dan Inggris dapat didownload) ada pertanyaan misalnya
nomor C13 (terjemahan bebasnya) "Apakah wartawan terkadang dibayar oleh orang lain selain majikan biasa mereka untuk mempengaruhi apa yang mereka tulis? Acap kali (1) Sering (2) Terkadang (3) Mungkin terjadi tapi sangat jarang (4) Sangat jarang (5) Tidak pernah (6)"
atau E20
"Selama 12 bulan terakhir, pernahkah pihak berwenang melakukan upaya terbaik untuk menghukum mereka yang bersalah atas pembunuhan wartawan / netizen / blogger?
Sepengetahuan saya, tidak ada pembunuhan seperti itu telah terjadi (1)
Pihak berwenang telah merespon secara memadai (2)
Pihak berwenang telah bergerak ke arah yang benar dalam semua kasus, namun dapat melakukan lebih banyak dalam beberapa kejadian (3)
Pihak berwenang tidak melakukan apapun untuk mengedepankan perkara peradilan setidaknya dalam satu kasus (4)
Pihak berwenang telah menghambat jalannya penegakan hukum setidaknya dalam satu kasus (5)"
atau lainya F7
"Akankah seorang individu yang menerbitkan konten berita umum atau politik di jejaring sosial menderita pembatalan, pemblokiran, pemblokiran, atau pembajakan terhadap akunnya?
Catatan: "1" menandakan situasi di mana individu tidak pernah menghadapi hambatan ini; "10" menandakan situasi di mana respons ini sering terjadi.
1 (1) 2 (2) 3 (3) 4 (4) 5 (5) 6 (6) 7 (7) 8 (8) 9 (9) 10 (10)
Berikut adalah Peta Kebebasan Pers 2017 hasil dari Indeks tersebut dengan callout Indonesia di tengah dan peringkat 13 teratas di samping kanan
Beberapa negara yang tak tertutup callout adalah Laos, Vietnam, Cina, dan Korea Utara (keempatnya berwarna hitam, dan Jepang dan Korea Selatan (keduanya berwarna jingga).
*EN: Reporters without Borders; ID: Wartawan tanpa Batas)
Beruntungnya kuesioner mereka juga tersedia dalam bahasa Indonesia diantara 19 bahasa lainnya, tidak seperti contoh daftar pertanyaan PISA yang belum mencantumkan bahasa ini. Dari 87 pertanyaan (yang versi bahasa Rusi dan Inggris dapat didownload) ada pertanyaan misalnya
nomor C13 (terjemahan bebasnya) "Apakah wartawan terkadang dibayar oleh orang lain selain majikan biasa mereka untuk mempengaruhi apa yang mereka tulis? Acap kali (1) Sering (2) Terkadang (3) Mungkin terjadi tapi sangat jarang (4) Sangat jarang (5) Tidak pernah (6)"
atau E20
"Selama 12 bulan terakhir, pernahkah pihak berwenang melakukan upaya terbaik untuk menghukum mereka yang bersalah atas pembunuhan wartawan / netizen / blogger?
Sepengetahuan saya, tidak ada pembunuhan seperti itu telah terjadi (1)
Pihak berwenang telah merespon secara memadai (2)
Pihak berwenang telah bergerak ke arah yang benar dalam semua kasus, namun dapat melakukan lebih banyak dalam beberapa kejadian (3)
Pihak berwenang tidak melakukan apapun untuk mengedepankan perkara peradilan setidaknya dalam satu kasus (4)
Pihak berwenang telah menghambat jalannya penegakan hukum setidaknya dalam satu kasus (5)"
atau lainya F7
"Akankah seorang individu yang menerbitkan konten berita umum atau politik di jejaring sosial menderita pembatalan, pemblokiran, pemblokiran, atau pembajakan terhadap akunnya?
Catatan: "1" menandakan situasi di mana individu tidak pernah menghadapi hambatan ini; "10" menandakan situasi di mana respons ini sering terjadi.
1 (1) 2 (2) 3 (3) 4 (4) 5 (5) 6 (6) 7 (7) 8 (8) 9 (9) 10 (10)
Berikut adalah Peta Kebebasan Pers 2017 hasil dari Indeks tersebut dengan callout Indonesia di tengah dan peringkat 13 teratas di samping kanan
Beberapa negara yang tak tertutup callout adalah Laos, Vietnam, Cina, dan Korea Utara (keempatnya berwarna hitam, dan Jepang dan Korea Selatan (keduanya berwarna jingga).
![]() |
https://rsf.org/en/ranking/2017 |
Apa Warna Indonesia dalam Peta Kebebasan Pers 2017?
Merah. Indonesia ada di peringkat 124 (2016: #130, 2015: #138, 2014: #132) dengan skor 39,93. Ini ketegori warna yang digunakan RSF dalam Peta dan jumlah negara di dalam kategorinya
Poin dari 0 hingga 15: Baik (putih, terlihat kuning muda di peta). 16 negara. 3 teratas Skandinavia, sisanya kecuali 2 (Jamaika, 12,73, dan Selandia Baru) adalah negara-negara Eropa.
Poin dari 15,01 hingga 25: Agak baik (kuning). 33 negara termasuk Australia, Suriname, Inggris dan A.S.
Poin dari 25,01 hingga 35: Problematis (jingga). 59 negara termasuk Papua Nugini (25,07), Hong Kong (29,46), Kosovo (30,45), Timor-Leste (32,82) dan Lebanon (33,01) selain dua yang disebut di atas.
Poin dari 35,01 hingga 55: Buruk (merah). 51 negara termasuk Uganda (35,94), Republik Afrika Tengah (35,12), Uni Emirat Arab (39,39), Afghanistan (39,46), Qatar (39,83), Indonesia, Filipina (41,08), Myanmar (41,82), Palestina (42,90), India (42,94), Venezuela (42,94), Pakistan (43,55), Sri Lanka (44,34), Thailand (44,69), Malaysia (46,89), Bangladesh (48,36), Meksiko, Rusia, Singapura (51,10), Rep. Dekoratik Kongo, Brunei, dan Irak (54,03). 7 anggota ASEAN ada di sini. Terlihat beberapa negara berpopulasi terbanyak juga masuk kategori buruk ini.
Poin dari 55,01 hingga 100: Sangat buruk (hitam). 21 negara termasuk Mesir, Libya, Iran, Yaman, Somalia, Arab Saudi, Uzbekistan, Laos, Kuba, Sudan, Vietnam, Cina, Syria, Turkmenistan dan terakhir Korea Utara (84,98) di peringkat 180.
Jika Membuka Profil Indonesia di RSF...
Gambar seorang pedagang kelontong membaca koran. Judul dari komentar RSF untuk Indonesia adalah (terjemah bebasnya) :
Presiden Joko Widodo belum menepati janjinya. Kepresidenannya terus ditandai dengan pelanggaran kebebasan media yang serius, termasuk kurangnya akses media ke Papua Barat (bagian Indonesia dari pulau Papua), di mana kekerasan terhadap wartawan lokal terus berkembang. Wartawan asing dan pemecah masalah lokal cenderung untuk ditangkap dan diadili jika mereka mencoba mendokumentasikan pelanggaran militer Indonesia di sana. Tapi, seperti Aliansi Jurnalis Independen yang berbasis di Jakarta laporkan, intimidasi dan bahkan kekerasan oleh militer terhadap wartawan yang menutupi pelecehan mereka tidak terbatas pada Papua Barat. Kelompok agama radikal juga menimbulkan ancaman terhadap hak untuk memberi informasi. Banyak wartawan mengatakan bahwa mereka menyensor diri mereka sendiri karena ancaman undang-undang anti-penghujatan dan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik."
Bersyukurnya statistik hingga saat ini di 2018 tidak ada wartawan terbunuh (4 di 180 negara), jurnalis warga terbunuh (2), atau asisten media yang terbunuh (1). Di 180 negara itu juga ada 181 jurnalis (diantaranya 13 di Azerbaijan, 15 Cina, 26 Mesir), 123 jurnalis warga (diantaranya 7 di Arab Saudi, 39 Cina, 12 Iran, 15 Syria dan 21 Vietnam) dan 15 asisten media yang saat ini sedang dipenjara
Di luar apapun sudut pandang dari pemeringkatan oleh RSF ini, Indonesia sepertinya punya penerjemahan lebih baik terhadap Pasal 28 UUD 1945 yang lebih dari UU No.9/1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum agar Pemerintah, dan warganya terutama yang ingin memajukan kesejahteraan Indonesia melalui alat berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan tulisan dapat juga membawa harum nama negara dibandingkan negara-negara lainnya. Mungkin selain merah ada putih yang dalam pemeringkatan ini adalah yang paling tinggi tingkatannya.
(bagian ini ke bawah di-update 19 Maret 2018)
(bagian ini ke bawah di-update 19 Maret 2018)
#PeringkatIndonesia di kelas berisi 42 siswa
Ada cara baru melihat semua pemeringkatan dengan lebih sederhana, di sekolah dulu anggap rata-rata ada 42 siswa dan kita kurang lebih bisa tahu 'klasemen' teman-teman sekelas kita. Inilah #PeringkatIndonesia dalam kelas '42 siswa' tersebut untuk kebebasan pers:
Dengan skor versi RSF yang hampir 40 dan skor dari aba-amba yang hanya 31 dimana 0 terburuk dan 100 terbaik, #PeringkatIndonesia di kelas berisi 42 siswa adalah: 29.
Comments
Post a Comment