Skip to main content

PeringkatIndonesia: Indeks Pembangunan Inklusif #20/42,↘︎8

Dugaan bahwa kategori nomor (5) di alinea berikut #PeringkatIndonesia buruk karena hutangnya banyak perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa harapan hidup di Indonesia dengan damai dan sehat hingga tua (2) juga perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa polusi karbon (6) di Indonesia masih tertolong hutan tropis dsb, juga sangat perlu dikesampingkan. Inilah tulisan fakta riset World Economic Forum tentang Indonesia. Ingat Indonesia lumayan juara mispersepsi Per definisi pakai bahasa (diupayakan) sederhana, Indeks Pembangunan Inklusif (IBI) bicara apakah kebijakan struktur dan kelembagaan sebuah perekonomian sudah pro pada: (1) Penciptaan lapangan pekerjaan, (2) Harapan hidup sehat, (3) Sedikit orang miskinnya, (4) Merata kemakmurannya, (5) Sedikit proporsi hutang negaranya, dan (6) Polusi karbonnya dari ekonominya minimal. Ini baru sebagian dari sub pilar dan pilar lainnya, untuk teknisnya dapat menjadi bahan diskusi lebih jauh. Memakai kategori peringkat 'Di Kelas' a la aba-amba maka

Jika UI, UGM, ITB dan IPB adalah mahasiswa mata kuliah 'Analisis Universitas Terbaik di Asia'

Sumber: Times Higher Education, diolah aba-amba.blogspot.co.id.

Menyambung pos berjudul 'TERBARU! Peringkat Universitas di Indonesia di Asia' jadi terbayang hayalan kalau seandainya para universitas (yang juga meriset) yang terbaik di Indonesia juga yang terbaik di setiap negara Asia ini adalah mahasiswa yang harus melampaui nilai tertentu untuk dapat nilai A, A-, B+, B, B-, C+, C, D, E dan lulus jika di atas huruf tertentu (biasanya C setau saya). Tentu ini tidak bermaksud menilai keberhasilan pengelolaan atau hasil institusi perguruan tinggi, tapi mungkin menarik untuk mengisi waktu tentang kenangan masa-masa kuliah.

Nama mata kuliah dan komponen nilainya kira-kira (sebagain besar dikutip dari blog terdahulu tersebut):

"Analisis Universitas Terbaik di Asia"

Mata kuliah ini bertujuan melihat perbandingan peringkat universitas  dari data Times Higher Education yang menilai universitas-universitas intensif-penelitian dalam faktor-faktor inti: pengajaran, penelitian, transfer pengetahuan dan pandangan internasional. 

Komponen penilaian

  • [25%] Pengajaran (lingkungan belajar) 
    • (10   %) Survei reputasi
    • ( 4,5 %) Rasio staf-terhadap-mahasiswa
    • ( 2,25%) Rasio gelar doktor-terhadap-gelar sarjana
    • ( 6   %) Rasio gelar doktor yang diberikan-terhadap-staf akademik
    • ( 2,25%) Pemasukan institusi (sebagai patokan infrastuktur dan fasilitas)
  • [30%] Penelitian (volume, masukan dan reputasi)
    • (15   %) Survei reputasi
    • ( 7,5 %) Pemasukan penelitian
    • ( 7,5 %) Produktivitas penelitian (pengindeksan oleh Scopus dari Elsevie
  • [30%] Kutipan/sitasi (pengaruh penelitian)
  • [7,5%] Pandangan internasional (staf, mahasiswa dan penelitian). Layak dicatat Universitas Indonesia kuat dalam pemeringkatan versi lain (QS Top Universities) dalam kategori ini)
    • ( 2,5 %) Rasio mahasiswa internasional-terhadap-dalam negeri
    • ( 2,5 %) Rasio staf internasional-terhadap-dalam negeri
    • ( 2,5 %) Kolaborasi internasional
  • [7,5%] Masukan Industri (transfer pengetahuan)
Universitas yang tidak mengajar S1 dan yang tidak hasilkan keluaran riset kurang dari 1.000 antara 2012 dan 2016 (dan minimun 150 buah setahun) serta yang 80% atau lebih aktivitasnya hanya eksklusif di satu dari 11 area subyek mereka: DIKECUALIKAN.

Data disediakan oleh institusi, maka ada baiknya 3000-4000 perguruan tinggi di Indonesia yang tidak dikecualikan mencari informasi kepesertaan dalam pemeringkatan ini.


Kecuali untuk Survei Reputasi Akademis (memakai distribusi ekosponensial) mereka memakai distribusi normal, jadi alangkah mundurnya jika penilaian di universitas yang tadinya memakai skoring-Z ini malah menjadi nilai biasa.

Mirip kan dengan komponen nilai mata-kuliah yang lazim misalnya contoh dari :


ASTR103 – Descriptive Astronomy
Class Syllabus  

INTRODUCTION
This is a descriptive course about astronomy. Topics include a brief history of astronomy, astronomical coordinates and conventions, stars and stellar evolution, galaxies, dst 


ASSESSMENT (GRADES)
sumber: https://www.unl.edu/physics/docs/Syllabi/ASTR103_F15.pdf
Di mata kuliah 'Analisis Universitas Terbaik di Asia' dapat dibayangkan bahwa Pengajaran (bobot 25%) dan Penelitian (bobot 30%) adalah ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS) dan Sitasi (dikutip scholar lain) (bobot 30%) adalah sekian jumlah kuis kelas. Total 85% ini kurang lebih setara dengan 80% dari 6 ujian, 38 kuis, dan 6 lab di mata kuliah 'Descriptive Astronomy' pada tabel. Sisa 15% pada 'Analisis...' kira-kira dapat dibayangkan adalah 20% pada 'Descriptive...' yang adalah komponen partisipasi dan proyek yang dipresentasikan. 

Untuk konversi jadi nilai huruf misalkan memakai contoh ini 
Sistem nilai di kampus
* Umumnya, nilai huruf dan angka yang  yang berlaku di kampus:
    • A  = 4.00 (poin 85 ke atas)
    • A- = 3.70 (poin 80-84)
    • B+ = 3.30 (poin 75-79)
    • B = 3.00 (poin 70-74)
    • B- = 2.70 (poin 65-69)
    • C+ = 2.30 (poin 60-64)
    • C = 2.00 (55-59)
    • Nilai C - = 1.70 (poin 50-54)
    • Nilai D = 1.00 (poin 40-50)
    • Nilai E = 0 = jelek (poin di bawah 40)
    • Nilai tertera I 

Nah, mari melihat hasil akhir upaya mahasiswa bernama UI, UGM, ITB dan IPB dan universitas terbaik dari setiap negara Asia pada mata kuliah hipotetikal 'Analisis Universitas Terbaik di Asia', Mahasiswa bernomor induk mahasiswa Universitas/Institut/Akademi 5 s.d. sekitar 4.000 dari Indonesia ternyata tidak mencapai atau mengikuti semua komponen penilaian.

Berikut Daftar Nilai Kelasnya (diurut terendah ke tertinggi)

Sumber: Times Higher Education, diolah aba-amba.blogspot.co.id. Kolom terakhir adalah hasil perhitungan

Tertinggi terendah setiap komponen

Secara keseluruhan UTS tahun ini relatif sulit sehingga skor tertinggi hanya 77,5 (dari Cina), namun nilai terendah hanya 17,5 dari Jordan. 

Berbeda dengan UAS yang memiliki mahasiswa dengan nilai tertinggi 93,1 dari Cina namun juga lebar rentannya dengan nilai terendah 1,3 dari Pakistan. 

Kuis yang bobotnya juga besar dijuarai mahasiswa dari Iran dengan nilai 99,1 dan dibunciti oleh ITB dari Indonesia denga nilai 8,1. 

Presentasi terbaik dilakukan oleh mahasiswa dari Cina dengan nilai hampir sempurnya 99,8 dan di posisi terendah ada mahasiswa dari Sri Lanka dengan nilai hampir 0 yaitu 0,6 (mungkin file powerpoint-nya tidak terbuka dan presenter kehilangan panggung)

Partisipasi hampir sempurna dari Qatar (99,8) namun rekannya Iran mungkin malas sehingga hanya memperoleh nilai 15,5.

Nilai huruf akhir

Mahasiswa bernama National University of Singapore si juara kelas hanya memperoleh nilai huruf A- ini karena nilai Presentasinya yang kurang baik dan ia tak pernah benar-benar tertinggi untuk setiap komponen kecuali partisipasi yang ada di atas 95. 

Mahasiswa bernama Tsinghua bersama mahasiswa bernama University of Hong Kong adalah 2 mahasiswa yang memperoleh nilai B+. Untuk Tsinghua skor sangat tinggi di UAS dan Presentasi terbanting oleh skor partisipasinya yang di bawah 50.

Tidak ada mahasiswa memperoleh B. 

Sementara untuk B- ada dua mahasiswa bernama University of Tokyo dan Seoul National University. B- yang berskor konversi IP 2,7 bila rentang nilai 65,0 s.d 69,9. Tokyo hanya 0,9 yang sulit untuk mendapat B, mungkin jika partisipasi kelasnya jauh lebih baik dan presentasinya lebih serius bisa. Seoul juga terbanting oleh partisipasi ini. Entah mengapa mahasiswa dari Asia Timur lemah di sini.

Tidak ada mahasiswa memperoleh nilai huruf C+

Mahasiswa King Abdulaziz satu-satunya yang mendapat C. Ia buruk di UTS dan UAS hanya 30 dan <20. Tapi Kuis dan Partisipasinya di atas 92 dan Presentasi >75.

C- ada dua mahasiswa, bernama National Taiwan University dan Tel Aviv University. Si Israel ini sayang kurang 0,1 poin untuk bisa lulus, sayang sekali. Dan memang nilainya untuk setiap komponen merata di rentang 42 hingga 59.

Ada 7 mahasiswa tak lulus lainnya dengan nilai D. 
  • Catatan khusus mungkin untuk si juara Kuis, Iran, yang sayangnya untuk komponen lainnya hanya berkisar 15 s.d. 56. Mahasiswa dengan panggilan Macao pun hanya jawara di satu hal Partisipasi (>90), komponen lain 25 s.d 56. Pun mahasiswa berjulukan Qatar yang jagoan Partisipasi, ia agak lumayan di Kuis.
  • Mahasiswa bernama Malaya lumayan baik di satu komponen, Partisipasi. Artinya setengah dari mahasiswa bernilai D baik dalam Partisipasi.
  • Atas nama Khalifa University yang baik hingga baik sekali di Kuis, Presentasi dan Partisipasi sayangnya perlu juga ingat bahwa 55% nilai disumbang oleh 2 ujian. Ia hanya berskor 20-an untk keduanya. Mahasiswa Koc baik di Presentasi dengan nilai 84 tapi UTS-nya rendah.
12 mahasiswa lainnya mendapat nilai tidak lulus, E.

Mahasiswa Bernama Indonesia UI, UGM, ITB dan IPB semuanya E

Dari ke 12 mahasiswa bernilai E yang 4 diantaranya berasal dari Indonesia penilaian setiap komponennya sebagai berikut:
  • UTS (analogi dari Pengajaran) mereka jeblok hanya antara 17 hingga 31. Si empat mahasiswa bernama UI, UGM, ITB dan IPB nilai UTS-nya ada di 21 hingga 28.
  • UAS (analogi dari Penelitian) mereka lebih jeblok lagi, padahal nilai di atas 80 di capai oleh 4 mahasiswa bernilai akhir di atas B-. Mahasiswa berjulukan UI, UGM, ITB dan IPB semuanya ada rentang 10 hingga 12. Mahasiswa dengan nilai E ada di rentang 1 hingga 18. Sulit bagi mereka UAS ini.
  • Kuis (analogi dari sitasi oleh akademisi lain) juga adalah hal yang sangat sulit bagi 4 mahasiswa asal Indonesia ini, hanya 8 hingga <19. Pakistan dan Jordan yang juga bernilai akhir E peroleh skor +-80 dalam kuis. Mahasiswa ber-nick IPB dan ITB adalah 2 terendah dari seluruh kelas. Mungkin mereka perlu lebih serius dalam persiapan Kuis.
  • Presentasi (analogi dari Pendapatan dari Industri). Si 4 dari Indonesia ada di rentang 40 hingga 83. Si ITB yang 83 ini nomor 4 di kelas yang berisi 27 mahasiswa! Si IPB dan UGM berskor 60-an ini juga 10 besar kelas di komponen ini. 
  • Untuk komponen terakhir Partisipasi (analogi dari Pandangan Internasional) si 4 dari Indonesia ada di rentang 31 hingg 49. 31 milik ITB ini terendah bagi mereka yang bernilai akhir E tertingginya 87 oleh si Lebanon. si ITB di komponen ini juga terendah ketiga.
Sumber: Times Higher Education, diolah aba-amba.blogspot.co.id. Kolom terakhir adalah hasil perhitungan

Catatan untuk masing-masing si 4 dari Indonesia

Mahasiswa bernama UI meski memimpin si empat tapi sangat tipis. Juga perlu diperhatikan si UGM yang tahun lalu di mata kuliah yang sama naik dari NR (no ranking) ke rentang peringkat yang sama yaitu 201-250. Si UI yang sepertinya berfokus bukan di ujian dan kuis tapi lebih bersemangat dalam Presentasi dan Partisipasi perlu lihat kenyataan bahwa keberadaannya terutama akan terlihat jika serius dalam 3 komponen yang berbobot 85% ini.

Mahasiswa bernama UGM perlu perhatikan khusus UAS dan Kuisnya, persiapkan lebih baik. Kedua komponen ini berkaitan. Presentasi sudah baik hanya perlu ditingkatkan. Partisipasi dapat dibiarkan apa adanya dulu hingga UTS, UAS dan Kuis dapat porsi perhatian lebih.

Mahasiswa berjulukan ITB yang 4 besar di komponen Presentasi dapat alokasikan sumberdaya dan spiritnya dengan mengadopsi cara kerja dalam Presentasi. Selain itu perlu hasilkan soal latihan Kuis yang akan dicontoh orang lain.

Mahasiswa bernama IPB memang tidak ada di rentang sama dengan 3 lainnya tapi ini karena soal latihan Kuis buatannya juga kurang baik atau kurang ditampilkan dengan baik di kumpulan soal. Kemampuan Presentasi yang baik juga semestinya dibarengi dengan penyampaian dan penulisan yang baik.

Sampai Jumpa di Kelas yang Sama Tahun Depan. Kamu bisa!

nb. 
Secara lengkap seperti inilah kekuatan regional 20-an negara Asia yang masuk peringkat. Kotak Indonesia ada di sekitar 15 terbesar; sementara Jepang dan Cina berjumlah terbanyak wakilnya. Dari wakil-wakil setiap negara rata-rata nilai tertinggi ada pada Singapura dan Hong Kong diikuti Israel, Macao, Qatar, Arab Saudi, lalu Korea Selatan.


Sumber: Times Higher Education




Comments

Popular posts from this blog

Mahalnya Kemerdekaan Indonesia

Rp145 ribu triliun (kuadriliun) , Ambil! KMB (Konferensi Meja Bundar) 1949 sebagian besar warga Indonesia pernah dengar, tapi kalau hasilnya adalah Pemerintah Indonesia setuju ambil alih hutang luar negeri Pemerintah Hindia Belanda  lk Rp 144750 triliun (ya'! lk 145 ribu triliun, tepatnya 144.749.200.734.698.000,00; Rp sekarang)  itu belum termasuk bunga 3% dan harus dibayar penuh selambatnya Juni 1964 pernah dengar?  [angka aslinya 1949, $1.130 juta (1,13 miliar); 3% p.a.; (Sumitro Djojohadikusumo 2000:95)] 1955 karena heboh Irian Barat yang berlarut, kesekatan ekonomi dan keuangan ini dibatalkan Menkeu.,  'Hanya' lk Rp 19.770 triliun (19.771.500.153.821.500, Rp sekarang) yang perlu dibayarkan.  [angka aslinya 21/02/1955, $171 juta] "Tidak ada bekas jajahan lain yang diwajibkan untuk mengambil-alih utang sebesar itu dari bekas penjajah kolonialnya seperti Indonesia."   (Kahin 1997:27) dalam Thee Kian Wie, Indonesia's Economy since Independenc

PeringkatIndonesia: Indeks Pembangunan Inklusif #20/42,↘︎8

Dugaan bahwa kategori nomor (5) di alinea berikut #PeringkatIndonesia buruk karena hutangnya banyak perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa harapan hidup di Indonesia dengan damai dan sehat hingga tua (2) juga perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa polusi karbon (6) di Indonesia masih tertolong hutan tropis dsb, juga sangat perlu dikesampingkan. Inilah tulisan fakta riset World Economic Forum tentang Indonesia. Ingat Indonesia lumayan juara mispersepsi Per definisi pakai bahasa (diupayakan) sederhana, Indeks Pembangunan Inklusif (IBI) bicara apakah kebijakan struktur dan kelembagaan sebuah perekonomian sudah pro pada: (1) Penciptaan lapangan pekerjaan, (2) Harapan hidup sehat, (3) Sedikit orang miskinnya, (4) Merata kemakmurannya, (5) Sedikit proporsi hutang negaranya, dan (6) Polusi karbonnya dari ekonominya minimal. Ini baru sebagian dari sub pilar dan pilar lainnya, untuk teknisnya dapat menjadi bahan diskusi lebih jauh. Memakai kategori peringkat 'Di Kelas' a la aba-amba maka

PISA, Cinta-Rangga, Dilan-Milea, Duo Posesif

Bukan satu dari tulisan nostalgik, ini berupaya melihat gambaran fiksi (sebagian nyata) dibanding dengan hasil yang dihitung serius. baca juga: Santai Seolah Serius (3S) PISA (program penilaian siswa secara internasional)  dari OECD melakukan survei evaluasi sistem edukasi tiga tahunan dengan subyek setengah juta dari 28 juta murid berusia 15 tahun di 72 negara dan perekonomian. Indonesia di 2015 memiliki 4,53 murid di usia ini. Penilaian dalam lima subyek sains, matemtika (a sengaja dihilangkan), membaca, juga pemecahan masalah kolaboratif dan literasi keuangan. Ini dimulai di 2000 dan terakhir di 2015. Jika memiliki anak sendiri atau kerabat yang berusia 15 tahun, ini contoh soalnya . Sayangnya meski Indonesia satu dari 72 negara yang disurvei tapi contoh yang tersedia dalam 82 bahasa itu justru terpaksa memakai bahasa Malaysia-Malay yang paling mirip bahasa Indonesai. Atau paling-paling memakai tes versi bahasa Inggris. Sejak awal (2000), Indonesia selalu disurvei dan 2015 adala

'Ibu tua ini lebih hebat dari Indrawati, Merkel, dan Lagarde'; 1/2 jam untuk sampai pada simpulan itu: (1)

Mungkin karena pengamatan yang hanya setengah jam itu, seluruh prestasi perempuan-perempuan terkenal di masa ini, bahkan mungkin Ibu saya sendiri (tetap dengan hormat, ini karena terlampau banyak waktu bersama), dan bisa jadi sejajar dengan perempuan-perempuan terdahulu sekaliber Kartini dan mungkin Khadijah r.a. perlu melihat beliau seperti 1/2 jaman saya melihat sambil bergemuruh dada dan berkaca-kaca mata. Satu lagi setting di transportasi umum di Area Metropolitan Jakarta.  Kali ini kereta komuter Jabodetabek (PT-nya sendiri sudah berganti nama dari KCJ(abodetabek) menjadi PT KAI Commuter Indonesia), Jumat sesudah Maghrib, kereta ini menuju Bogor dari arah Jakarta Kota. Dari stasiun sebelumnya dinaiki segerombolan pria telat-dewasa yang memenuhi lorong di depan kursi prioritas dengan persiapan untuk lomba: Ludo King . Dengan persiapan smartphone mana yang layar paling besar, powerbank karena si gadget kehabisan baterai, 'besarkan saja volume-nya' saat musik pertanda

PeringkatIndonesia: Rapor Daya Saing Global Indonesia 2017-2018

Melanjutkan tradisi di kelas berisi 42 siswa, di peringkat berapakah siswa bernama Indonesia dalam Rapor Daya Saing Global 2017-2018 versi World Economic Forum? Komponen Indeks Daya Saing Global (IDSG, Global Competitiveness Index--GCI) dibagi menjadi 3 subindeks yaitu  A. Persyaratan Dasar, dengan empat pilar:  1-Institusi 2-Infrastruktur 3-Lingkungan makroekonomi 4-Kesehatan dan pendidikan dasar B. Peningkat Efisiensi, dengan enam pilar: 5-Pendidikan (menengah dan) tinggi dan pelatihan 6-Efisiensi pasar barang 7-Efisiensi pasar tenaga kerja 8-Pengembangan pasar keuangan 9-Kesiapan teknologi 10-Ukuran pasar C. Faktor inovasi dan kecanggihan, dengan dua pilar 11-Kecanggihan bisnis 12-Inovasi Masing-masing pilar dalam subindeks juga mempunyai subpilar yang, namun untuk memudahkan pengamataan hanya item-item rinci di mana #PeringkatIndonesia  ada di kelompok hijau, merah, dan kehitaman yang ditampilkan. Warna hijau untuk peringkat dengan 1 digit, kuning

Indonesia, Perils of Perceptions. Mispersepsi dari Keramaian

Ok. Anda bertanya pada rekan tentang smartphone dan ia berkata, "saya tak punya" lalu Anda berkata, "gak mungkin!" Ternyata Anda melebih-lebihkan berapa banyak penduduk Indonesia yang punya. Kira-kira 85 dari 100 orang akan dianggap punya setidaknya satu smartphone. Faktanya, kelebihan 65. Hanya 21 dari 100 yang punya. Dan Indonesia 'ngaco' tertinggi di dunia untuk kategori ini. Selanjutnya di simbol kebebasan, akses dan prestise: mobil. Coba tebak dari 100 orang Indonesia, berapa yang punya mobil? 77? Hmm, ini juga kelebihan banyak. Hanya 41 yang punya. Orang Jepang naik kereta dan gak punya mobil? Faktanya 72 dari 100 punya. Si biru yang sudah 2 miliar. Facebook. Dari 100 berapa yang punya? Kurang lebih 81% dari orang Indonesia >13 tahun punya. Salah hanya 28 saja. Lanjut tentang Surga, Neraka dan Tuhan. Ah paling tinggal 85% orang Indonesia yang percaya Surga faktanya 99% dan selamat Indonesia salah duga tiga terbawah namun te

#PeringkatIndonesia di Indeks Persepsi Korupsi dalam 22 tahun

Mani pulite  adalah bahasa Italia untuk 'tangan bersih', penyelidikan yudisial berskala nasional untuk korupsi politik ini menyebabkan lebih dari separuh anggota parlemen Italia terkena dakwaan, banyak partai politik lenyap, 5.000 tokoh masyarakat kehilangan pamor, 400 anggota dewan kota terkena tuduhan korupsi, belum lagi yang akhirnya bunuh diri. Korupsi di Indonesia agaknya dapat mencontoh gebrakan hakim 'Bao' Antonio Di Pietro di awal 1990 yang agaknya berkontribusi dalam perbaikan tajam 25 poin Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Italia dari 1995 yang mencapai puncaknya di 2001. Metode hakim 'Bao' ini terfokus pada suap untuk kontrak proyek pekerjaan umum, dalam wawancara ulang tahun perak di tahun lalu ke AFP, Di Pietro mengatakan  "Saya secara pribadi menandai setiap lembar uang, satu per satu. Itu adalah satu-satunya cara agar kita benar-benar yakin untuk membuktikan bahwa sogokan telah dilakukan," kata Di Pietro. "Ketika dia berpaling

5 dari 13 Pulau terbesar di Dunia: ITULAH INDONESIA

Mari melihat geografi Indonesia dari sudut pandang yang berbeda. Awalnya saya memasukkan 15 pulau terbesar di dunia dalam peta. Tapi untuk bonus hari Jum'at nomor (#) 14 dan #15 dikeluarkan saja hasilnya: 5 dari 13 pulau terbesar di Dunia: ITULAH INDONESIA. Perlu menjadi catatan bahwa hampir separuh dari #2 pulau  New Guinea  dan hampir 3/4 dari #3 pulau Kalimantan saja yang tergabung dengan Indonesia. Klaim ini juga berlaku untuk satu pulau lain yang dimiliki oleh dua negara lainnya seperti Timor (bersama Timor-Leste). Selebihnya 1 dari 6 dalam Daftar 322 Pulau terbesar di Dunia: ITULAH INDONESIA Berikut perincian detil pulau-pulau di Indonesia berikut #PeringkatIndonesia  di dunia, yang disarikan dari daftar 322 pulau terbesar di dunia . Satu hal, berhubung Indonesia segera menjadi tuan rumah Asian Games 2018, luas pulau ini juga akan dikonvensi jadi berapa lapangan sepak bola (120m x 90 m). #322 pulau Smyley (? :)) luasnya 1 juta lapangan bola. #1 Greenland 2 milyar lapang

TERBARU! Peringkat Universitas di Indonesia di Asia 2018

Versi Times Higher Education ,  Bagaimana kabar universitas-universitas di Indonesia?  Berapa yang masuk 350+8 di Asia? Bagaimana Universitas teratas di Negara yang masuk peringkat? Baiknya melihat dulu definisi dan metodologi mereka. Peringkat Universitas Times Higher Education nyatakan sebagai satu-satunya tabel kinerja global yang menilai universitas-universitas intensif-penelitian dalam faktor-faktor inti: pengajaran, penelitian, transfer pengetahuan dan pandangan internasional. Ini boleh disandingkan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat) dengan faktor pengabdian masyarakat yang difokus menjadi dua hal terakhir dalam pemeringkatan mereka dengan indikator terukur. Indikator-indikator kinerja [bobotnya] dikelompokkan dalam lima area: [25%] Pengajaran (lingkungan belajar)  (10   %) Survei reputasi ( 4,5 %) Rasio staf-terhadap-mahasiswa ( 2,25%) Rasio gelar doktor-terhadap-gelar sarjana ( 6   %) Rasio gelar dok