Dugaan bahwa kategori nomor (5) di alinea berikut #PeringkatIndonesia buruk karena hutangnya banyak perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa harapan hidup di Indonesia dengan damai dan sehat hingga tua (2) juga perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa polusi karbon (6) di Indonesia masih tertolong hutan tropis dsb, juga sangat perlu dikesampingkan. Inilah tulisan fakta riset World Economic Forum tentang Indonesia. Ingat Indonesia lumayan juara mispersepsi Per definisi pakai bahasa (diupayakan) sederhana, Indeks Pembangunan Inklusif (IBI) bicara apakah kebijakan struktur dan kelembagaan sebuah perekonomian sudah pro pada: (1) Penciptaan lapangan pekerjaan, (2) Harapan hidup sehat, (3) Sedikit orang miskinnya, (4) Merata kemakmurannya, (5) Sedikit proporsi hutang negaranya, dan (6) Polusi karbonnya dari ekonominya minimal. Ini baru sebagian dari sub pilar dan pilar lainnya, untuk teknisnya dapat menjadi bahan diskusi lebih jauh. Memakai kategori peringkat 'Di Kelas' a la aba-amba maka ...
Bukan satu dari tulisan nostalgik, ini berupaya melihat gambaran fiksi (sebagian nyata) dibanding dengan hasil yang dihitung serius.
baca juga: Santai Seolah Serius (3S)
PISA (program penilaian siswa secara internasional) dari OECD melakukan survei evaluasi sistem edukasi tiga tahunan dengan subyek setengah juta dari 28 juta murid berusia 15 tahun di 72 negara dan perekonomian. Indonesia di 2015 memiliki 4,53 murid di usia ini. Penilaian dalam lima subyek sains, matemtika (a sengaja dihilangkan), membaca, juga pemecahan masalah kolaboratif dan literasi keuangan. Ini dimulai di 2000 dan terakhir di 2015. Jika memiliki anak sendiri atau kerabat yang berusia 15 tahun, ini contoh soalnya. Sayangnya meski Indonesia satu dari 72 negara yang disurvei tapi contoh yang tersedia dalam 82 bahasa itu justru terpaksa memakai bahasa Malaysia-Malay yang paling mirip bahasa Indonesai. Atau paling-paling memakai tes versi bahasa Inggris. Sejak awal (2000), Indonesia selalu disurvei dan 2015 adalah ke enam kalinya. Mudah-mudahan saat survei, bahasa tes memang dimengerti oleh murid-murid Indonesia 15 tahun.
Film Ada Apa dengan Cinta bersetting di Jakarta, 2002; dan kira-kira karakter Rangga dan Cinta berusia 17 tahun. Lebih kurang mereka jika ada di dunia nyata dan terikut dalam survei akan ada di tes PISA tahun 2000. Dilan 1990 bersetting di Bandung, 1990; karakter Milea dan Dilan yang diklaim kisah nyata (terinspirasi) tentu tidak ada dalam survei PISA meski 2 - 3 tahun sebelumnya usia mereka juga 15 tahun. Tapi wakil generasi ini saat ini sudah berusia sekitar 45-an dan tentu secara umum ada di puncak daur hidup karir mereka. Beberapa film lain seperti Laskar Pelangi juga Sang Pemimpi kira-kira berusia 15 tahun para karakternya di tahun 80-an kira-kira saat ini berusia 50-an, Posesif yang sepertinya bukan raja box-office tapi raja nominasi dan beberapa kemenanga, jika tahun pasca produksi di 2016 adalah juga setting tahun pemerannya maka kira-kira dapat dimasukkan generasi tes PISA tahun 2012.
Jadi seangkatan Cinta-Rangga ikut survei PISA 2000, seangkatan Lala-Yudhis Posesif di 2012 akan coba kita lihat performanya dibanding rekan tiga negara ASEAN dan ini adalah gambaran Indonesia 10 hingga 30 tahun ke depan. Sementara Seangkatan Milea-Dilan dan sahabat Ikal-Lintang-Arai dari Laskar Pelangi Sang Pemimpi adalah hasil dari pendidikan lebih lawas yang hasil kerja generasi telah kita sama-sama saksikan sekarang.
Hasil Tes PISA Rata-rata untuk Sains, Matemtika, dan Membaca
![]() |
Hasil Rata-rata Skor Pisa Indonesia vs Singapura, vs Thailand dan vs Viet Nam. Sumber: http://www.compareyourcountry.org/pisa/country/IDN?lg=en |
Misalnya, untuk sains Indonesia ada kenaikan 21 poin dari tahun 2012 ke tahun 2015 (dari 382 ke 403) tapi ini hanya naik 10 poin dibanding 2006. Pada rentang 2006 -2015, Qatar (peringkat #59 di 2015 di kategori ini) naik 68 poin.
Masih jauh dari Singapura (#1, skor 556) dan Viet Nam (#8, skor 525) di 2015, sains rata-rata), Indonesia dengan skor 403 dan cenderung stabil di situ saja. Bahkan jika dilihat mendalam untuk setiap level kecakapan Viet Nam paling baik, Indosia dapat dilihat sendiri di gambar di bawah.
![]() |
Sumber: http://www.keepeek.com/Digital-Asset-Management/oecd/education/pisa-2015-results-volume-i_9789264266490-en#page73 |
Rapor 'merah' juga terjadi di peringkat Matemtika dan Membaca meski Matemtika ada peningkatan yang cukup baik dibanding 2006. Hal yang menggembirakan justru dari kategori kesetaraan artinya baik murid laki-laki dan perempuan nilainya justru tidak berbeda jauh dan gap ini mengecil dari tahun ke tahun. Kecenderungan umumnya hasil murid laki-laki lebih baik dalam Sains dan Matemtika dan perempuan lebih baik di Membaca. Indonesia, setara. Atau mungkin karena nilai mereka masih 'merah' semua.
Kemudian Cinta-Rangga, Yudhis-Lala Mengenyam Pendidikan Tinggi
Kedua aktor dan aktris yang memainkan karakter AAdC kebetulan mengenyam kuliah di satu dari 17 universitas yang masuk peringkat 400 besar di Asia. Pemeringkat oleh QS dapat dilihat di grafik berikut ini
kira-kira peserta terbaik tes PISA generasi Yudhis-Lala Posesif akan terlihat peringkat Universitas mereka di hasil tes tahun 2018 nanti. Tapi dari 3000-4000 perguruan tinggi hanya 17 yang ada di peringkat 400 besar Asia dan trendnya beragam dengan ITB, UGM, dan IPB dan UPH (dari data 2 tahun) yang stabil membaik.
Generasi Dilan-Milea, Ikal dkk ada di kondisi yang mungkin sekali lebih buruk karena berbagai hal.
Masih banyak pekerjaan rumah bagi pendidikan Indonesia.
Comments
Post a Comment