Skip to main content

PeringkatIndonesia: Indeks Pembangunan Inklusif #20/42,↘︎8

Dugaan bahwa kategori nomor (5) di alinea berikut #PeringkatIndonesia buruk karena hutangnya banyak perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa harapan hidup di Indonesia dengan damai dan sehat hingga tua (2) juga perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa polusi karbon (6) di Indonesia masih tertolong hutan tropis dsb, juga sangat perlu dikesampingkan. Inilah tulisan fakta riset World Economic Forum tentang Indonesia. Ingat Indonesia lumayan juara mispersepsi Per definisi pakai bahasa (diupayakan) sederhana, Indeks Pembangunan Inklusif (IBI) bicara apakah kebijakan struktur dan kelembagaan sebuah perekonomian sudah pro pada: (1) Penciptaan lapangan pekerjaan, (2) Harapan hidup sehat, (3) Sedikit orang miskinnya, (4) Merata kemakmurannya, (5) Sedikit proporsi hutang negaranya, dan (6) Polusi karbonnya dari ekonominya minimal. Ini baru sebagian dari sub pilar dan pilar lainnya, untuk teknisnya dapat menjadi bahan diskusi lebih jauh. Memakai kategori peringkat 'Di Kelas' a la aba-amba maka

PeringkatIndonesia: Indeks Pembangunan Inklusif #20/42,↘︎8


Dugaan bahwa kategori nomor (5) di alinea berikut #PeringkatIndonesia buruk karena hutangnya banyak perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa harapan hidup di Indonesia dengan damai dan sehat hingga tua (2) juga perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa polusi karbon (6) di Indonesia masih tertolong hutan tropis dsb, juga sangat perlu dikesampingkan. Inilah tulisan fakta riset World Economic Forum tentang Indonesia. Ingat Indonesia lumayan juara mispersepsi

Per definisi pakai bahasa (diupayakan) sederhana, Indeks Pembangunan Inklusif (IBI) bicara apakah kebijakan struktur dan kelembagaan sebuah perekonomian sudah pro pada: (1) Penciptaan lapangan pekerjaan, (2) Harapan hidup sehat, (3) Sedikit orang miskinnya, (4) Merata kemakmurannya, (5) Sedikit proporsi hutang negaranya, dan (6) Polusi karbonnya dari ekonominya minimal. Ini baru sebagian dari sub pilar dan pilar lainnya, untuk teknisnya dapat menjadi bahan diskusi lebih jauh.


Memakai kategori peringkat 'Di Kelas' a la aba-amba maka #PeringkatIndonesia ada di 20 dari 42 siswa di kategori negara/perekonomian emerging (muncul). Kategori perekomian satunya lagi adalah negara/perekonomian maju. Ada 74 negara emerging dan 29 maju di survei tahun 2018. Tapi sesuai tradisi memudahkan 74 ini dikonversi jadi 42. Peringkat 20 di kelas masuk klub orange aba-amba dari pilihan hijau (1 s.d. 9), kuning (10 s.d. 19), orange (20 s.d. 29), merah (30 s.d. 39) dan kehitaman (40 s.d. 42).


Meski sedikit dipaksakan karena menurut periset angka indeks dari kedua kelompok perekonomian ini tidak dapat dianggap setara karena definisi kemiskinan yang berbeda, untuk ikhtiar melihat peringkat dari total 103 negara/perekonomian bolehlah dicoba. Ternyata, Indonesia malah melorot lagi di peringkat 26 dari 42. Baiklah, lebih baik berfokus saja pada peringkat 20 tsb.


Dibanding 2017 angka indeks IBI dan peringkat Indonesia sebenarnya baik di kelas emerging: ranking 12/42 ini masih klub kuning. Mari cari tahu mengapa, dengan bandingkan hasil tahun tersebut dengan tahun 2018 ini. 


Nah untuk selanjutnya warna-warna grupnya memakai versi asli saja karena dashboard sudah disediakan oleh WEF dan bisa interaktif untuk laporan tahun 2017 (silakan coba). Peringkat pun kembali ke versi asli yaitu 22/78 di 2017 dan 36/74 di 2018. Namun, tetap diharap bisa fleksibel jika dianggap perlu kembali ke peringkat kelas dan warna klub versi aba-amba, yah.



Dashboard 2017 Indeks Pembangunan Inklusif Indonesia

Di profil Indonesia di tahun 2017 muncul tabel seperti ini,
Indeks Pembangunan Inklusif 2017
Indikator Kinerja Kunci Indonesia 2017 IBI
http://reports.weforum.org/inclusive-growth-and-development-report-2017/scorecard/#economy=IDN
Untuk memudahkan mari bayangkan lagi kelas 42 siswa. Untuk 3 indikator utama: (I) Tumbuh dan Kembang, (II) Diikutsertakan, dan (III) Keadilan lintas generasi dapat dibayangkan peringkat masing-masingnya adalah 14/42 (I), 23/42 (II) dan 2/42 (III). Indonesia ada di klub orange kepala 20-an di indikator pengikutsertaan. Termasuk sangat baik dalam memikirkan generasi berikutnya klub hijau peringkat 2. Dan medioker dalam tumbuh kembang (klub kuning, peringkat 14). 

Dalam (I) Tumbuh dan kembang semua sub-indikator/pilar masuk klub orange kecuali lapangan kerja yang ada di klub kuning. 
Dalam (II) Diikutsertakan, tiga sub indikator ada di klub orange (20 s.d. 29) dan yang perlu diperhatikan adalah ketidaksamaan kemakmuran yang masuk peringkat 36/42, merah klubnya. Tidak meratanya kemakmuran juga pendapatan (jika ingat Gini) inilah yang selalu jadi isu besar di masyarakat.

Dalam (III) Keadilan lintas generasi, Indonesia satu peringkat lagi untuk jadi juara kelas dengan 42 siswa ini. Dua sub pilar yang ada di klub hijau satu digit adalah proporsi tabungan (3/42) dan proporsi hutang masyarakat (6/42). Di laporan 2017 proporsi hutang memang baik jika dibanding 78 negara berkembang (istilah ini serupa emerging di 2018) yang lainnya. Satu sub indikator masuk klub kuning (12/42) yaitu rasio usia kerja dibanding yang tergantung kepada mereka (anak-anak dan usia lanjut). Dan, yang masuk klub merah adalah produksi karbondioksida (30/42); terkait sampah dan polusi Indonesia kehilangan kesempatan bertahta di juara 1 di indikator III ini. Sayang.

Untuk membandingkan dengan setara ini dashboard 2017 dari WEF IDI Report 2017

Indeks Pembangunan Inklusif Indonesia 2017


Dashboard 2018 Indeks Pembangunan Inklusif Indonesia

Mari cari tahu kenapa turun 8 peringkat di 2018.
Indek Pembangunan Inklusif Indonesia 2018

Terlihat bahwa memakai kelompok pewarnaan versi WEF dimana hijau tua adalah 20% teratas, hijau muda 20% berikutnya hingga merah adalah 20% terbawah; Indonesia di 2018 punya dua sub pilar merah untuk Gini penghasilan netto dan Gini kesejahteraan. Ini artinya untuk (II) Diikutsertakan, Indonesia kembali terpuruk. Penyebarrataan kemakmuran buruk, penyebarrataan penghasilan (62/74) juga buruk. Tingkat kemiskinan masih ada di grup orange, begitu juga penghasilan tengah dari seluruh warga. WEF mencatat Indonesia peringkat 61/74 dalam pilar (I) ini.

Untuk (I) Tumbuh dan Kembang, ada yang masuk kelompok hijau muda yaitu lapangan pekerjaan yang mencapai 64% dari angkatan kerja. Sementara harapan hidup sehat termasuk 40% terbawah di dunia, ini nyaris buruk.

Saatnya membandingkan tabel 2018 dengan versi 2017-nya.
Biang keladi penurunan 8 peringkat di kelas dari grup kuning 20-an ke grup orange 30-an adalah:
ketidaksamaan penghasilan yang makin melebar. Ketimpangan kaya miskin ini adalah bom waktu. 

Dalam (III) Keadilan lintas generasi lagi-lagi peringkat tabungan netto Indonesia yang 26% hutang publik yang baru 28% adalah hal yang masih masuk kategori 10 besar di kelas berisi 42. Rasio ketergantungan anak dan lansia pada mereka yang di usia produktif pun masih hijau muda. Sayang, lagi-lagi negara ini tidak berhasil mengatasi sumbangan polusi karbon (per GDP, 55/74) dibanding 60-an negara lain. 

Share di Twitter anda Facebook anda Linkedin anda Google+ anda Pinterest anda

Comments

Popular posts from this blog

Jika UI, UGM, ITB dan IPB adalah mahasiswa mata kuliah 'Analisis Universitas Terbaik di Asia'

Sumber: Times Higher Education, diolah aba-amba.blogspot.co.id. Menyambung pos berjudul ' TERBARU! Peringkat Universitas di Indonesia di Asia ' jadi terbayang hayalan kalau seandainya para universitas (yang juga meriset) yang terbaik di Indonesia juga yang terbaik di setiap negara Asia ini adalah mahasiswa yang harus melampaui nilai tertentu untuk dapat nilai A, A-, B+, B, B-, C+, C, D, E dan lulus jika di atas huruf tertentu (biasanya C setau saya). Tentu ini tidak bermaksud menilai keberhasilan pengelolaan atau hasil institusi perguruan tinggi, tapi mungkin menarik untuk mengisi waktu tentang kenangan masa-masa kuliah. Nama mata kuliah dan komponen nilainya kira-kira (sebagain besar dikutip dari blog terdahulu tersebut): "Analisis Universitas Terbaik di Asia" Mata kuliah ini bertujuan melihat perbandingan peringkat universitas  dari data Times Higher Education yang menilai universitas-universitas intensif-penelitian dalam faktor-faktor inti: pengaja

Mahalnya Kemerdekaan Indonesia

Rp145 ribu triliun (kuadriliun) , Ambil! KMB (Konferensi Meja Bundar) 1949 sebagian besar warga Indonesia pernah dengar, tapi kalau hasilnya adalah Pemerintah Indonesia setuju ambil alih hutang luar negeri Pemerintah Hindia Belanda  lk Rp 144750 triliun (ya'! lk 145 ribu triliun, tepatnya 144.749.200.734.698.000,00; Rp sekarang)  itu belum termasuk bunga 3% dan harus dibayar penuh selambatnya Juni 1964 pernah dengar?  [angka aslinya 1949, $1.130 juta (1,13 miliar); 3% p.a.; (Sumitro Djojohadikusumo 2000:95)] 1955 karena heboh Irian Barat yang berlarut, kesekatan ekonomi dan keuangan ini dibatalkan Menkeu.,  'Hanya' lk Rp 19.770 triliun (19.771.500.153.821.500, Rp sekarang) yang perlu dibayarkan.  [angka aslinya 21/02/1955, $171 juta] "Tidak ada bekas jajahan lain yang diwajibkan untuk mengambil-alih utang sebesar itu dari bekas penjajah kolonialnya seperti Indonesia."   (Kahin 1997:27) dalam Thee Kian Wie, Indonesia's Economy since Independenc

PISA, Cinta-Rangga, Dilan-Milea, Duo Posesif

Bukan satu dari tulisan nostalgik, ini berupaya melihat gambaran fiksi (sebagian nyata) dibanding dengan hasil yang dihitung serius. baca juga: Santai Seolah Serius (3S) PISA (program penilaian siswa secara internasional)  dari OECD melakukan survei evaluasi sistem edukasi tiga tahunan dengan subyek setengah juta dari 28 juta murid berusia 15 tahun di 72 negara dan perekonomian. Indonesia di 2015 memiliki 4,53 murid di usia ini. Penilaian dalam lima subyek sains, matemtika (a sengaja dihilangkan), membaca, juga pemecahan masalah kolaboratif dan literasi keuangan. Ini dimulai di 2000 dan terakhir di 2015. Jika memiliki anak sendiri atau kerabat yang berusia 15 tahun, ini contoh soalnya . Sayangnya meski Indonesia satu dari 72 negara yang disurvei tapi contoh yang tersedia dalam 82 bahasa itu justru terpaksa memakai bahasa Malaysia-Malay yang paling mirip bahasa Indonesai. Atau paling-paling memakai tes versi bahasa Inggris. Sejak awal (2000), Indonesia selalu disurvei dan 2015 adala

'Ibu tua ini lebih hebat dari Indrawati, Merkel, dan Lagarde'; 1/2 jam untuk sampai pada simpulan itu: (1)

Mungkin karena pengamatan yang hanya setengah jam itu, seluruh prestasi perempuan-perempuan terkenal di masa ini, bahkan mungkin Ibu saya sendiri (tetap dengan hormat, ini karena terlampau banyak waktu bersama), dan bisa jadi sejajar dengan perempuan-perempuan terdahulu sekaliber Kartini dan mungkin Khadijah r.a. perlu melihat beliau seperti 1/2 jaman saya melihat sambil bergemuruh dada dan berkaca-kaca mata. Satu lagi setting di transportasi umum di Area Metropolitan Jakarta.  Kali ini kereta komuter Jabodetabek (PT-nya sendiri sudah berganti nama dari KCJ(abodetabek) menjadi PT KAI Commuter Indonesia), Jumat sesudah Maghrib, kereta ini menuju Bogor dari arah Jakarta Kota. Dari stasiun sebelumnya dinaiki segerombolan pria telat-dewasa yang memenuhi lorong di depan kursi prioritas dengan persiapan untuk lomba: Ludo King . Dengan persiapan smartphone mana yang layar paling besar, powerbank karena si gadget kehabisan baterai, 'besarkan saja volume-nya' saat musik pertanda

PeringkatIndonesia: Rapor Daya Saing Global Indonesia 2017-2018

Melanjutkan tradisi di kelas berisi 42 siswa, di peringkat berapakah siswa bernama Indonesia dalam Rapor Daya Saing Global 2017-2018 versi World Economic Forum? Komponen Indeks Daya Saing Global (IDSG, Global Competitiveness Index--GCI) dibagi menjadi 3 subindeks yaitu  A. Persyaratan Dasar, dengan empat pilar:  1-Institusi 2-Infrastruktur 3-Lingkungan makroekonomi 4-Kesehatan dan pendidikan dasar B. Peningkat Efisiensi, dengan enam pilar: 5-Pendidikan (menengah dan) tinggi dan pelatihan 6-Efisiensi pasar barang 7-Efisiensi pasar tenaga kerja 8-Pengembangan pasar keuangan 9-Kesiapan teknologi 10-Ukuran pasar C. Faktor inovasi dan kecanggihan, dengan dua pilar 11-Kecanggihan bisnis 12-Inovasi Masing-masing pilar dalam subindeks juga mempunyai subpilar yang, namun untuk memudahkan pengamataan hanya item-item rinci di mana #PeringkatIndonesia  ada di kelompok hijau, merah, dan kehitaman yang ditampilkan. Warna hijau untuk peringkat dengan 1 digit, kuning

Indonesia, Perils of Perceptions. Mispersepsi dari Keramaian

Ok. Anda bertanya pada rekan tentang smartphone dan ia berkata, "saya tak punya" lalu Anda berkata, "gak mungkin!" Ternyata Anda melebih-lebihkan berapa banyak penduduk Indonesia yang punya. Kira-kira 85 dari 100 orang akan dianggap punya setidaknya satu smartphone. Faktanya, kelebihan 65. Hanya 21 dari 100 yang punya. Dan Indonesia 'ngaco' tertinggi di dunia untuk kategori ini. Selanjutnya di simbol kebebasan, akses dan prestise: mobil. Coba tebak dari 100 orang Indonesia, berapa yang punya mobil? 77? Hmm, ini juga kelebihan banyak. Hanya 41 yang punya. Orang Jepang naik kereta dan gak punya mobil? Faktanya 72 dari 100 punya. Si biru yang sudah 2 miliar. Facebook. Dari 100 berapa yang punya? Kurang lebih 81% dari orang Indonesia >13 tahun punya. Salah hanya 28 saja. Lanjut tentang Surga, Neraka dan Tuhan. Ah paling tinggal 85% orang Indonesia yang percaya Surga faktanya 99% dan selamat Indonesia salah duga tiga terbawah namun te

#PeringkatIndonesia di Indeks Persepsi Korupsi dalam 22 tahun

Mani pulite  adalah bahasa Italia untuk 'tangan bersih', penyelidikan yudisial berskala nasional untuk korupsi politik ini menyebabkan lebih dari separuh anggota parlemen Italia terkena dakwaan, banyak partai politik lenyap, 5.000 tokoh masyarakat kehilangan pamor, 400 anggota dewan kota terkena tuduhan korupsi, belum lagi yang akhirnya bunuh diri. Korupsi di Indonesia agaknya dapat mencontoh gebrakan hakim 'Bao' Antonio Di Pietro di awal 1990 yang agaknya berkontribusi dalam perbaikan tajam 25 poin Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Italia dari 1995 yang mencapai puncaknya di 2001. Metode hakim 'Bao' ini terfokus pada suap untuk kontrak proyek pekerjaan umum, dalam wawancara ulang tahun perak di tahun lalu ke AFP, Di Pietro mengatakan  "Saya secara pribadi menandai setiap lembar uang, satu per satu. Itu adalah satu-satunya cara agar kita benar-benar yakin untuk membuktikan bahwa sogokan telah dilakukan," kata Di Pietro. "Ketika dia berpaling

5 dari 13 Pulau terbesar di Dunia: ITULAH INDONESIA

Mari melihat geografi Indonesia dari sudut pandang yang berbeda. Awalnya saya memasukkan 15 pulau terbesar di dunia dalam peta. Tapi untuk bonus hari Jum'at nomor (#) 14 dan #15 dikeluarkan saja hasilnya: 5 dari 13 pulau terbesar di Dunia: ITULAH INDONESIA. Perlu menjadi catatan bahwa hampir separuh dari #2 pulau  New Guinea  dan hampir 3/4 dari #3 pulau Kalimantan saja yang tergabung dengan Indonesia. Klaim ini juga berlaku untuk satu pulau lain yang dimiliki oleh dua negara lainnya seperti Timor (bersama Timor-Leste). Selebihnya 1 dari 6 dalam Daftar 322 Pulau terbesar di Dunia: ITULAH INDONESIA Berikut perincian detil pulau-pulau di Indonesia berikut #PeringkatIndonesia  di dunia, yang disarikan dari daftar 322 pulau terbesar di dunia . Satu hal, berhubung Indonesia segera menjadi tuan rumah Asian Games 2018, luas pulau ini juga akan dikonvensi jadi berapa lapangan sepak bola (120m x 90 m). #322 pulau Smyley (? :)) luasnya 1 juta lapangan bola. #1 Greenland 2 milyar lapang

TERBARU! Peringkat Universitas di Indonesia di Asia 2018

Versi Times Higher Education ,  Bagaimana kabar universitas-universitas di Indonesia?  Berapa yang masuk 350+8 di Asia? Bagaimana Universitas teratas di Negara yang masuk peringkat? Baiknya melihat dulu definisi dan metodologi mereka. Peringkat Universitas Times Higher Education nyatakan sebagai satu-satunya tabel kinerja global yang menilai universitas-universitas intensif-penelitian dalam faktor-faktor inti: pengajaran, penelitian, transfer pengetahuan dan pandangan internasional. Ini boleh disandingkan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat) dengan faktor pengabdian masyarakat yang difokus menjadi dua hal terakhir dalam pemeringkatan mereka dengan indikator terukur. Indikator-indikator kinerja [bobotnya] dikelompokkan dalam lima area: [25%] Pengajaran (lingkungan belajar)  (10   %) Survei reputasi ( 4,5 %) Rasio staf-terhadap-mahasiswa ( 2,25%) Rasio gelar doktor-terhadap-gelar sarjana ( 6   %) Rasio gelar dok