Dugaan bahwa kategori nomor (5) di alinea berikut #PeringkatIndonesia buruk karena hutangnya banyak perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa harapan hidup di Indonesia dengan damai dan sehat hingga tua (2) juga perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa polusi karbon (6) di Indonesia masih tertolong hutan tropis dsb, juga sangat perlu dikesampingkan. Inilah tulisan fakta riset World Economic Forum tentang Indonesia. Ingat Indonesia lumayan juara mispersepsi Per definisi pakai bahasa (diupayakan) sederhana, Indeks Pembangunan Inklusif (IBI) bicara apakah kebijakan struktur dan kelembagaan sebuah perekonomian sudah pro pada: (1) Penciptaan lapangan pekerjaan, (2) Harapan hidup sehat, (3) Sedikit orang miskinnya, (4) Merata kemakmurannya, (5) Sedikit proporsi hutang negaranya, dan (6) Polusi karbonnya dari ekonominya minimal. Ini baru sebagian dari sub pilar dan pilar lainnya, untuk teknisnya dapat menjadi bahan diskusi lebih jauh. Memakai kategori peringkat 'Di Kelas' a la aba-amba maka ...
Dugaan bahwa kategori nomor (5) di alinea berikut #PeringkatIndonesia buruk karena hutangnya banyak perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa harapan hidup di Indonesia dengan damai dan sehat hingga tua (2) juga perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa polusi karbon (6) di Indonesia masih tertolong hutan tropis dsb, juga sangat perlu dikesampingkan. Inilah tulisan fakta riset World Economic Forum tentang Indonesia. Ingat Indonesia lumayan juara mispersepsi
Per definisi pakai bahasa (diupayakan) sederhana, Indeks Pembangunan Inklusif (IBI) bicara apakah kebijakan struktur dan kelembagaan sebuah perekonomian sudah pro pada: (1) Penciptaan lapangan pekerjaan, (2) Harapan hidup sehat, (3) Sedikit orang miskinnya, (4) Merata kemakmurannya, (5) Sedikit proporsi hutang negaranya, dan (6) Polusi karbonnya dari ekonominya minimal. Ini baru sebagian dari sub pilar dan pilar lainnya, untuk teknisnya dapat menjadi bahan diskusi lebih jauh.
Memakai kategori peringkat 'Di Kelas' a la aba-amba maka #PeringkatIndonesia ada di 20 dari 42 siswa di kategori negara/perekonomian emerging (muncul). Kategori perekomian satunya lagi adalah negara/perekonomian maju. Ada 74 negara emerging dan 29 maju di survei tahun 2018. Tapi sesuai tradisi memudahkan 74 ini dikonversi jadi 42. Peringkat 20 di kelas masuk klub orange aba-amba dari pilihan hijau (1 s.d. 9), kuning (10 s.d. 19), orange (20 s.d. 29), merah (30 s.d. 39) dan kehitaman (40 s.d. 42).
Meski sedikit dipaksakan karena menurut periset angka indeks dari kedua kelompok perekonomian ini tidak dapat dianggap setara karena definisi kemiskinan yang berbeda, untuk ikhtiar melihat peringkat dari total 103 negara/perekonomian bolehlah dicoba. Ternyata, Indonesia malah melorot lagi di peringkat 26 dari 42. Baiklah, lebih baik berfokus saja pada peringkat 20 tsb.
Dibanding 2017 angka indeks IBI dan peringkat Indonesia sebenarnya baik di kelas emerging: ranking 12/42 ini masih klub kuning. Mari cari tahu mengapa, dengan bandingkan hasil tahun tersebut dengan tahun 2018 ini.
Nah untuk selanjutnya warna-warna grupnya memakai versi asli saja karena dashboard sudah disediakan oleh WEF dan bisa interaktif untuk laporan tahun 2017 (silakan coba). Peringkat pun kembali ke versi asli yaitu 22/78 di 2017 dan 36/74 di 2018. Namun, tetap diharap bisa fleksibel jika dianggap perlu kembali ke peringkat kelas dan warna klub versi aba-amba, yah.
Dashboard 2017 Indeks Pembangunan Inklusif Indonesia
Di profil Indonesia di tahun 2017 muncul tabel seperti ini,
![]() | |
|
Untuk memudahkan mari bayangkan lagi kelas 42 siswa. Untuk 3 indikator utama: (I) Tumbuh dan Kembang, (II) Diikutsertakan, dan (III) Keadilan lintas generasi dapat dibayangkan peringkat masing-masingnya adalah 14/42 (I), 23/42 (II) dan 2/42 (III). Indonesia ada di klub orange kepala 20-an di indikator pengikutsertaan. Termasuk sangat baik dalam memikirkan generasi berikutnya klub hijau peringkat 2. Dan medioker dalam tumbuh kembang (klub kuning, peringkat 14).
Dalam (I) Tumbuh dan kembang semua sub-indikator/pilar masuk klub orange kecuali lapangan kerja yang ada di klub kuning.
Dalam (II) Diikutsertakan, tiga sub indikator ada di klub orange (20 s.d. 29) dan yang perlu diperhatikan adalah ketidaksamaan kemakmuran yang masuk peringkat 36/42, merah klubnya. Tidak meratanya kemakmuran juga pendapatan (jika ingat Gini) inilah yang selalu jadi isu besar di masyarakat.
Dalam (III) Keadilan lintas generasi, Indonesia satu peringkat lagi untuk jadi juara kelas dengan 42 siswa ini. Dua sub pilar yang ada di klub hijau satu digit adalah proporsi tabungan (3/42) dan proporsi hutang masyarakat (6/42). Di laporan 2017 proporsi hutang memang baik jika dibanding 78 negara berkembang (istilah ini serupa emerging di 2018) yang lainnya. Satu sub indikator masuk klub kuning (12/42) yaitu rasio usia kerja dibanding yang tergantung kepada mereka (anak-anak dan usia lanjut). Dan, yang masuk klub merah adalah produksi karbondioksida (30/42); terkait sampah dan polusi Indonesia kehilangan kesempatan bertahta di juara 1 di indikator III ini. Sayang.
Untuk membandingkan dengan setara ini dashboard 2017 dari WEF IDI Report 2017
Dalam (II) Diikutsertakan, tiga sub indikator ada di klub orange (20 s.d. 29) dan yang perlu diperhatikan adalah ketidaksamaan kemakmuran yang masuk peringkat 36/42, merah klubnya. Tidak meratanya kemakmuran juga pendapatan (jika ingat Gini) inilah yang selalu jadi isu besar di masyarakat.
Dalam (III) Keadilan lintas generasi, Indonesia satu peringkat lagi untuk jadi juara kelas dengan 42 siswa ini. Dua sub pilar yang ada di klub hijau satu digit adalah proporsi tabungan (3/42) dan proporsi hutang masyarakat (6/42). Di laporan 2017 proporsi hutang memang baik jika dibanding 78 negara berkembang (istilah ini serupa emerging di 2018) yang lainnya. Satu sub indikator masuk klub kuning (12/42) yaitu rasio usia kerja dibanding yang tergantung kepada mereka (anak-anak dan usia lanjut). Dan, yang masuk klub merah adalah produksi karbondioksida (30/42); terkait sampah dan polusi Indonesia kehilangan kesempatan bertahta di juara 1 di indikator III ini. Sayang.
Untuk membandingkan dengan setara ini dashboard 2017 dari WEF IDI Report 2017
Dashboard 2018 Indeks Pembangunan Inklusif Indonesia
Mari cari tahu kenapa turun 8 peringkat di 2018.
Terlihat bahwa memakai kelompok pewarnaan versi WEF dimana hijau tua adalah 20% teratas, hijau muda 20% berikutnya hingga merah adalah 20% terbawah; Indonesia di 2018 punya dua sub pilar merah untuk Gini penghasilan netto dan Gini kesejahteraan. Ini artinya untuk (II) Diikutsertakan, Indonesia kembali terpuruk. Penyebarrataan kemakmuran buruk, penyebarrataan penghasilan (62/74) juga buruk. Tingkat kemiskinan masih ada di grup orange, begitu juga penghasilan tengah dari seluruh warga. WEF mencatat Indonesia peringkat 61/74 dalam pilar (I) ini.
Untuk (I) Tumbuh dan Kembang, ada yang masuk kelompok hijau muda yaitu lapangan pekerjaan yang mencapai 64% dari angkatan kerja. Sementara harapan hidup sehat termasuk 40% terbawah di dunia, ini nyaris buruk.
Saatnya membandingkan tabel 2018 dengan versi 2017-nya.
Biang keladi penurunan 8 peringkat di kelas dari grup kuning 20-an ke grup orange 30-an adalah:
ketidaksamaan penghasilan yang makin melebar. Ketimpangan kaya miskin ini adalah bom waktu.
Dalam (III) Keadilan lintas generasi lagi-lagi peringkat tabungan netto Indonesia yang 26% hutang publik yang baru 28% adalah hal yang masih masuk kategori 10 besar di kelas berisi 42. Rasio ketergantungan anak dan lansia pada mereka yang di usia produktif pun masih hijau muda. Sayang, lagi-lagi negara ini tidak berhasil mengatasi sumbangan polusi karbon (per GDP, 55/74) dibanding 60-an negara lain.
Comments
Post a Comment