Dugaan bahwa kategori nomor (5) di alinea berikut #PeringkatIndonesia buruk karena hutangnya banyak perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa harapan hidup di Indonesia dengan damai dan sehat hingga tua (2) juga perlu dikesampingkan. Dugaan bahwa polusi karbon (6) di Indonesia masih tertolong hutan tropis dsb, juga sangat perlu dikesampingkan. Inilah tulisan fakta riset World Economic Forum tentang Indonesia. Ingat Indonesia lumayan juara mispersepsi Per definisi pakai bahasa (diupayakan) sederhana, Indeks Pembangunan Inklusif (IBI) bicara apakah kebijakan struktur dan kelembagaan sebuah perekonomian sudah pro pada: (1) Penciptaan lapangan pekerjaan, (2) Harapan hidup sehat, (3) Sedikit orang miskinnya, (4) Merata kemakmurannya, (5) Sedikit proporsi hutang negaranya, dan (6) Polusi karbonnya dari ekonominya minimal. Ini baru sebagian dari sub pilar dan pilar lainnya, untuk teknisnya dapat menjadi bahan diskusi lebih jauh. Memakai kategori peringkat 'Di Kelas' a la aba-amba maka ...
Menjembatani permintaan dan penawaran terbukti jadi rumus sukses raih laba supernormal di kasus transportasi umum aplikasi. Awalnya permintaan (berupa kemudahan penuhi kebutuhan utama) berjarak cukup jauh dengan penawaran (yang masih berupa metode sederhana dan rumit capai permintaan). Puskakom Universitas Indonesia dalam temuan terbarunya tentang transportasi umum aplikasi di Jakarta, Indonesia mengungkapkan 2/3 lebih respondennya adalah pengguna moda transportasi jenis ini dan 2/3 lebih dari pengguna adalah perempuan. Alasan +-2.800-an orang responden pengguna ini adalah rasa aman dan nyaman.
Sebuah desertasi doktoral di University of North Texas, Amerika Serikat oleh Rebecca A. Scott memaparkan model diagram lingkaran kausal dalam menggambarkan faktor penentu pengambilan keputusan mempengaruhi sikap terhadap transportasi umum. Pada sisi kanan diagram digambarkan hubungan saling mempengaruh dari permintaan dan penawaran transportasi umum dengan sikap terhadap transportasi umum. Sikap yang membaik akan memperbesar permintaan dan membuat penduduk lokal yang commuter memicu penawaran yang lebih banyak dari penyedia jasa transportasi umum untuk memenuhi permintaan tadi. Pada sisi kiri dijabarkan empat faktor utama kenyamanan, keamanan, harga lalu pengetahuan menjelaskan +- 1/4 dari seluruh sikap terhadap sistem transportasi umum.
Dari Mulut ke Mulut Elektronic (eWOM, electronic word of mouth)
Rebecca juga mengumpulkan data dari 495 responden pengguna transportasi umum di area metropolitan besar di barat daya Amerika Serikat dan menganalisis komentar online pelanggan dan merumpunnya dalam ke empat faktor penjelas sikap terhadap trasportasi umum yang juga memvalidasi model di atas. Juga digambarkan jarak antara setiap faktor dalam pengambilan keputusan. Sedikit perbedaan cluster kenyamanan dipecah menjadi kenyamanan terkait pribadi dan kenyamanan terkait waktu serta munculnya satu rumpun baru yaitu perparkiran. Rumpun nomor 7 yang ada dalam lingkaran rumpun kenyamanan pribadi misalnya berisi kata kunci: +sedikit +stasiun +bersih +menit +rumah +menyetir dibicarakan sebanyak 85 kali (9%); sementara rumpun nomor 5 tentang perparkiran dengan kata kunci: +bensin +hemat uang +parkir +kerja +menyetir dibicarakan sebanyak 37 kali (4%).
Sumber informasi dari mulut ke mulut di era pasca-kebenaran sekarang jelas mempengaruhi pengambilan keputusan banyak pihak termasuk pengguna transportasi umum.
Penyedia jasa transportasi umum berbasis aplikasi dengan kerjasamanya dengan Pemerintah lokal jelas mendapat (laba supernormal bagi penyedia) dan memberikan manfaat (bagi publik) atas issu transportasi umum di kota besar. Sekarang tinggal bagaimana meneruskan diagram pengaruh ini agar permintaan transportasi umum tidak hanya dilayani sporadis oleh pengusaha dan Pemerintah lokal tapi jauh ke depan juga meningkatkan interaksi masyarakat perkotaan dalam raih kehidupan lebih berkualitas.
Sebuah desertasi doktoral di University of North Texas, Amerika Serikat oleh Rebecca A. Scott memaparkan model diagram lingkaran kausal dalam menggambarkan faktor penentu pengambilan keputusan mempengaruhi sikap terhadap transportasi umum. Pada sisi kanan diagram digambarkan hubungan saling mempengaruh dari permintaan dan penawaran transportasi umum dengan sikap terhadap transportasi umum. Sikap yang membaik akan memperbesar permintaan dan membuat penduduk lokal yang commuter memicu penawaran yang lebih banyak dari penyedia jasa transportasi umum untuk memenuhi permintaan tadi. Pada sisi kiri dijabarkan empat faktor utama kenyamanan, keamanan, harga lalu pengetahuan menjelaskan +- 1/4 dari seluruh sikap terhadap sistem transportasi umum.
Dari Mulut ke Mulut Elektronic (eWOM, electronic word of mouth)
Rebecca juga mengumpulkan data dari 495 responden pengguna transportasi umum di area metropolitan besar di barat daya Amerika Serikat dan menganalisis komentar online pelanggan dan merumpunnya dalam ke empat faktor penjelas sikap terhadap trasportasi umum yang juga memvalidasi model di atas. Juga digambarkan jarak antara setiap faktor dalam pengambilan keputusan. Sedikit perbedaan cluster kenyamanan dipecah menjadi kenyamanan terkait pribadi dan kenyamanan terkait waktu serta munculnya satu rumpun baru yaitu perparkiran. Rumpun nomor 7 yang ada dalam lingkaran rumpun kenyamanan pribadi misalnya berisi kata kunci: +sedikit +stasiun +bersih +menit +rumah +menyetir dibicarakan sebanyak 85 kali (9%); sementara rumpun nomor 5 tentang perparkiran dengan kata kunci: +bensin +hemat uang +parkir +kerja +menyetir dibicarakan sebanyak 37 kali (4%).
Sumber informasi dari mulut ke mulut di era pasca-kebenaran sekarang jelas mempengaruhi pengambilan keputusan banyak pihak termasuk pengguna transportasi umum.
Penyedia jasa transportasi umum berbasis aplikasi dengan kerjasamanya dengan Pemerintah lokal jelas mendapat (laba supernormal bagi penyedia) dan memberikan manfaat (bagi publik) atas issu transportasi umum di kota besar. Sekarang tinggal bagaimana meneruskan diagram pengaruh ini agar permintaan transportasi umum tidak hanya dilayani sporadis oleh pengusaha dan Pemerintah lokal tapi jauh ke depan juga meningkatkan interaksi masyarakat perkotaan dalam raih kehidupan lebih berkualitas.
Comments
Post a Comment